Pengalaman Masuk Rumah Sakit Jiwa
Halo temayaku!! Lama gak jumpa ya!
Kebetulan myta kemarin ada pengalaman berbeda nih. For the first time myta ngerasain yang namanya masuk RSJ! Bukan myta tapi yang dirawat, kakak myta kebetulan baru ketahuan ODS (orang dengan skizofrenia). So, dia opname selama 2 minggu disana.
Sepulang dari sana kakak myta banyak bercerita pengalamannya ke orang serumah, ya cuma myta sama ibu, hehe. Sekaligus hasil pengalaman myta sendiri selama mengurus administrasi dll disana juga sih. Check this out!
Beda banget dengan RSUP atau RSU pada umumnya, RSJ sepi. Hampir gak ada keluarga pasien rawat inap yang lalu lalang. Begitu pula IGD-nya. Gak riuh kayak RSUP.
Mengapa? Ya karena keluarga dilarang menunggui pasien jiwa. Mereka sudah diurus penuh oleh pihak RS. Jika tidak pandemi seminggu sekali pasien jiwa boleh dijenguk tapi dengan catatan bukan termasuk pasien jiwa yang belum tenang sepertinya. Karena pasien jiwa yang membahayakan dirawat sendiri di sebuah ruang isolasi, jika perlu kaki tangan di fiksasi.
Selama pandemi pasien jiwa hanya boleh didatangi saat waktunya pulang. Jadi ya sepiiiiiiii banget RS nya. Tidak banyak orang lalu lalang apalagi yang lesehan sampai tidur bawa banyak tetek bengek sekeluarga kayak di RSUP.
Awalnya myta dibilangin perawat gaboleh ke RS sama sekali kecuali untuk menjemput. Namun ya, namanya ibu, gimana-gimana kalau anaknya masuk RSJ dan lama gak ketemu itu ya gimana. Akhirnya ibu saya memberanikan diri kesana bawa cemilan-cemilan kering. Setelah dari IGD perawat sempat membolehkan untuk membelikan kakak saya cemilan-cemilan kering tapi setelahnya ga boleh kesana-kesana lagi kecuali kalau diminta oleh pihak RS.
Ternyata boleh temayaku! Jadi kata kakak myta temannya ada yang tiap hari dibawain macem-macemlah sama keluarganya. Terus dititipin ke perawatnya, setelah sebelumnya hubungi securitynya. Tapi tetap yaa.. kalau belum waktunya dijemput gak boleh ketemu sama pasien opname.
Kalau myta sih ga mungkin tiap hari kesana, jauh euy rumah myta dari RS nya. Rumah myta di tengah kota RS nya di kaki gunung Merapi. Sekalinya kesana bawain tetek bengek buat kakak eh telapak tangan kanan myta sakit pegel baru ilang setelah 3 hari.
Terus gimana sih rasanya dirawat di RSJ? Kakak saya dirawat di bangsal kelas 3. Berbeda dengan bangsal RSU, di RSJ tidak ada penyekat antara kasur pasien satu dengan pasien lainnya. Satu ruangan besar diisi 10 pasien. Antar pasien dianjurkan untuk bersosialisasi agar mempercepat proses penyembuhan. Gangguan jiwa yang parah sehingga harus dirawat inap biasanya menyebabkan hubungan pasien dengan orang sekitarnya rusak. Mereka harus didorong untuk menjalin hubungan baik dengan sesama selama di RSJ. Ada juga jadwal rehabilitasi yang mewajibkan mereka untuk berlatih bekerja sama dengan sesama pasien.
Disini tidak ada odgj yang berpenampilan seperti gelandangan temayaku. Semua wajib mandi tiap hari. Kalau makan habis bakal cepat pulang katanya. Pintu-pintu disana juga dijaga ketat agar tidak ada odgj yang melarikan diri. Mereka juga diberi seragam. Kalau RSJ di daerah myta seragamnya oranye, mungkin agar mudah terlihat jika sewaktu-waktu RS kecolongan ada pasien yang kabur. Agar mudah mencarinya.
Bangsal kelas 3 tidak memakai AC, namun karena terletak di kaki gunung hawanya tidak pernah panas. Senin sampai Sabtu selalu ada kegiatan rehabilitasi. Untuk pasien bpjs maksimal rawat inap ada yang bilang 2 pekan ada yang 3 pekan. Kalau kakak myta 2 pekan. Tetangga myta belum lama ini juga ada yang dirawat disana 2 pekan juga. Kalau lebih dari ketentuan harus bayar.
Alhamdulillah 2 pekan di RSJ sudah mengubah drastis kakak myta. Jadi super duper berbeda. Sekarang rumah myta sudah tentram damai. Tidak ada orang teriak-teriak ngamuk-ngamuk. Tidak ada siaran radio live haha. Rumah myta itu ya selama kakak myta belum masuk RSJ sudah seperti radio raksasa live. Coba temayaku cek grup facebook KPSI, Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia. Ceritanya serem-serem. So, kalau punya keluarga yang abusive parah. Segera ke psikolog gih. Agar rumah kalian tentram damai juga.
Alhamdulillah ya. Di ruqyah berkali-kali kakak myta gak ngefek. Ternyata kakak myta hanya perlu ke psikiater, opname, lalu minum obat rutin. Sekarang myta masih punya PR untuk cari tahu stressor apa yang sensitif buat kakak myta. Soalnya selain karena lepas obat, ods (orang dengan skizofrenia) juga bisa kambuh kalau ada stressor yang sensitif menurut dia. Alhamdulillah ya rumah myta sejak kakak myta pulang dari RS damai sentausa. Harapannya kakak myta stabil terus gak kambuh lagi, aamiinnn.
Kebetulan myta kemarin ada pengalaman berbeda nih. For the first time myta ngerasain yang namanya masuk RSJ! Bukan myta tapi yang dirawat, kakak myta kebetulan baru ketahuan ODS (orang dengan skizofrenia). So, dia opname selama 2 minggu disana.
Sepulang dari sana kakak myta banyak bercerita pengalamannya ke orang serumah, ya cuma myta sama ibu, hehe. Sekaligus hasil pengalaman myta sendiri selama mengurus administrasi dll disana juga sih. Check this out!
Beda banget dengan RSUP atau RSU pada umumnya, RSJ sepi. Hampir gak ada keluarga pasien rawat inap yang lalu lalang. Begitu pula IGD-nya. Gak riuh kayak RSUP.
Mengapa? Ya karena keluarga dilarang menunggui pasien jiwa. Mereka sudah diurus penuh oleh pihak RS. Jika tidak pandemi seminggu sekali pasien jiwa boleh dijenguk tapi dengan catatan bukan termasuk pasien jiwa yang belum tenang sepertinya. Karena pasien jiwa yang membahayakan dirawat sendiri di sebuah ruang isolasi, jika perlu kaki tangan di fiksasi.
Selama pandemi pasien jiwa hanya boleh didatangi saat waktunya pulang. Jadi ya sepiiiiiiii banget RS nya. Tidak banyak orang lalu lalang apalagi yang lesehan sampai tidur bawa banyak tetek bengek sekeluarga kayak di RSUP.
![]() |
RSJ Bali dok. Bali Post Online |
Awalnya myta dibilangin perawat gaboleh ke RS sama sekali kecuali untuk menjemput. Namun ya, namanya ibu, gimana-gimana kalau anaknya masuk RSJ dan lama gak ketemu itu ya gimana. Akhirnya ibu saya memberanikan diri kesana bawa cemilan-cemilan kering. Setelah dari IGD perawat sempat membolehkan untuk membelikan kakak saya cemilan-cemilan kering tapi setelahnya ga boleh kesana-kesana lagi kecuali kalau diminta oleh pihak RS.
Ternyata boleh temayaku! Jadi kata kakak myta temannya ada yang tiap hari dibawain macem-macemlah sama keluarganya. Terus dititipin ke perawatnya, setelah sebelumnya hubungi securitynya. Tapi tetap yaa.. kalau belum waktunya dijemput gak boleh ketemu sama pasien opname.
Kalau myta sih ga mungkin tiap hari kesana, jauh euy rumah myta dari RS nya. Rumah myta di tengah kota RS nya di kaki gunung Merapi. Sekalinya kesana bawain tetek bengek buat kakak eh telapak tangan kanan myta sakit pegel baru ilang setelah 3 hari.
Terus gimana sih rasanya dirawat di RSJ? Kakak saya dirawat di bangsal kelas 3. Berbeda dengan bangsal RSU, di RSJ tidak ada penyekat antara kasur pasien satu dengan pasien lainnya. Satu ruangan besar diisi 10 pasien. Antar pasien dianjurkan untuk bersosialisasi agar mempercepat proses penyembuhan. Gangguan jiwa yang parah sehingga harus dirawat inap biasanya menyebabkan hubungan pasien dengan orang sekitarnya rusak. Mereka harus didorong untuk menjalin hubungan baik dengan sesama selama di RSJ. Ada juga jadwal rehabilitasi yang mewajibkan mereka untuk berlatih bekerja sama dengan sesama pasien.
Disini tidak ada odgj yang berpenampilan seperti gelandangan temayaku. Semua wajib mandi tiap hari. Kalau makan habis bakal cepat pulang katanya. Pintu-pintu disana juga dijaga ketat agar tidak ada odgj yang melarikan diri. Mereka juga diberi seragam. Kalau RSJ di daerah myta seragamnya oranye, mungkin agar mudah terlihat jika sewaktu-waktu RS kecolongan ada pasien yang kabur. Agar mudah mencarinya.
Bangsal kelas 3 tidak memakai AC, namun karena terletak di kaki gunung hawanya tidak pernah panas. Senin sampai Sabtu selalu ada kegiatan rehabilitasi. Untuk pasien bpjs maksimal rawat inap ada yang bilang 2 pekan ada yang 3 pekan. Kalau kakak myta 2 pekan. Tetangga myta belum lama ini juga ada yang dirawat disana 2 pekan juga. Kalau lebih dari ketentuan harus bayar.
Alhamdulillah 2 pekan di RSJ sudah mengubah drastis kakak myta. Jadi super duper berbeda. Sekarang rumah myta sudah tentram damai. Tidak ada orang teriak-teriak ngamuk-ngamuk. Tidak ada siaran radio live haha. Rumah myta itu ya selama kakak myta belum masuk RSJ sudah seperti radio raksasa live. Coba temayaku cek grup facebook KPSI, Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia. Ceritanya serem-serem. So, kalau punya keluarga yang abusive parah. Segera ke psikolog gih. Agar rumah kalian tentram damai juga.
Alhamdulillah ya. Di ruqyah berkali-kali kakak myta gak ngefek. Ternyata kakak myta hanya perlu ke psikiater, opname, lalu minum obat rutin. Sekarang myta masih punya PR untuk cari tahu stressor apa yang sensitif buat kakak myta. Soalnya selain karena lepas obat, ods (orang dengan skizofrenia) juga bisa kambuh kalau ada stressor yang sensitif menurut dia. Alhamdulillah ya rumah myta sejak kakak myta pulang dari RS damai sentausa. Harapannya kakak myta stabil terus gak kambuh lagi, aamiinnn.
Komentar
Posting Komentar